Story Writter - Link

Link is one of Our Storry Writter in this Project. Link's Specialty in Fantasy Story. Check

Illustrator - RFTaurus

RFTaurus is one of our Illustrator in this project. Currently RFTaurus's partner is Link for [Nusantara] project. Check

Web Novel - Nusantara

Nusantara adalah kisah mengenai petualangan Rio (19 tahun) untuk mengubah sejarah suatu negara setelah ia mengalami pertemuan dengan sebuah buku bernama Nusa. Update : 1 chapter/week. Check

Thursday, March 23, 2017

[Nusantara] Chapter 38 - Maaf


Chapter 38 – maaf

            [3rd Person Point of View]

          “Oh iya Ririn, mulai saat ini apa yang ente mau lakukan? Mendaftar jadi petualang? Sejujurnya ane tidak menyarankannya loh….”

            “Ah! Mmm….”

            Didalam sebuah lobi ruangan sebesar sekitar 20x20 meter ini, seorang pria dengan jaket berwarna putih dominan dengan warna hitam yang menjadi pelengkap itu sedang duduk disebuah meja dengan panjang setara dengan 4 kursi yang saling berhadapan. Ditempat tersebut, terdapat 2 orang perempuan, 2 orang anak lelaki kecil botak, seorang lelaki dengan seluruh tubuh dibalut kain putih dan seorang lelaki yang bertanya kepada seorang anak kecil, Jatmiko.

            Menanggapi pertanyaan Jatmiko, seorang anak perempuan dengan nama lengkap Tararirirariani Akhsaxnia Xinta atau yang Jatmiko sapa dengan Ririn, saat ini sedang menuliskan sesuatu diudara menggunakan [Light Line Magic] atau sebuah kemampuan dasar yang biasanya dipakai dalam kegelapan untuk menerangi wilayah sekitar. Ririn melakukan hal ini bukan karena ia senang namun karena alasan tertentu yang hanya ia dan penciptanya ketahui.

            <Kemungkinan sehabis ini, aku mau mendaftar sebagai pelajar di akademi penyihir [Sylva]>

            “Kamu yakin ingin mendaftar disana, Rin?”

            <iya Mbak Kun>

            Ririn menjawab pertanyaan dari Mbak Kunti dengan mata berbinar-binar. Mengabaikan pembicaraan antara Ririn, Mbak Kunti, Jatmiko, dan Pocong, [The Tuyuls] bermain sambung-menyambung kata karena sejujurnya mereka merasa bosan setelah mendengarkan pembicaraan selama 3 menit dan memilih untuk mengabaikan pembicaraan tersebut.

            “Tapi apa kamu yakin? Baru juga 2 minggu sejak kejadian di hutan [Skyp] kemarin….”

            <Tenang saja, Mas Jat… Ririn sudah tidak apa-apa>

            Selagi memperhatikan, Pocong meminum sebuah minuman dengan rasa yang menyerupai kopi dengan sebuah sedotan panjang yang disambung satu persatu. Untuk pertamakalinya sejak ia mendengarkan pembicaraan mereka, Pocong memberitahukan sebuah fakta yang membuat mereka bertiga terkejut hingga seolah-olah membatu untuk sesaat.

            “Tapi Mas Jat, bukannya kalau mau daftar itu harus ada surat pengantar ya?”

            “Ap—!”

            “!”

            <Apa!>

            Pocong bisa mikir sampai situ?!

            Sebenarnya apa yang membuat mereka bertiga kaget adalah fakta bahwa Pocong berusaha untuk berpikir atau lebih tepatnya mencari tahu mengenai hal itu.

            “Sejujurnya ane kurang paham apa yang Mas Jat dan kalian berdua pikirkan tapi entah mengapa ane merasa kalian bertiga lagi berpikir sesuatu yang menyebalkan”

            Dengan muka sedikit sebal namun berusaha untuk mengacuhkan pandangan mereka, Pocong melanjutkan.

            “Kalau tidak salah sih, kalian bisa mendapatkannya saat menjadi petualang setelah mendapatkan lencana tingkat awal atau [Wood]”

            <Benarkah?!>

            Pocong hanya mengangguk menjawab pertanyaan Ririn. Disisi lain Jatmiko dan Mbak Kun masih ternganga seakan-akan waktu mereka telah terhenti.

            <Tapi… bukankah persyaratan pendaftarannya agak sulit ya?>

            “Begitulah, kalau tidak salah Mas Jat juga baru berhasil mendaftar setelah gagal sebanyak 4 kali”

            <Ta-tapi kalau begitu… pendaftaran tahun ajaran barunya akan segera ditutup, kan?>

            “memang berapa hari lagi?”

            <sekitar 2 minggu dari sekarang>

            “Uwaa~ setiap kali gagal hanya bisa mengulang dua hari kemudian… ditambah lagi total tahap pengujian ada 5 tahap”

            <5 tahap?!>

            Mendengar suara kaget Ririn, Jatmiko dan Mbak Kun kembali kepada kenyataan bahwa Pocong memang telah mencari banyak info seputar hal tersebut.

            “iya, ada 5 tahap, Rin”

            Jatmiko membenarkan ucapan Pocong dan segera melanjutkan.

            “Latihan Fisik, Pengetahuan Dasar, Matematika, Tanaman & Buah, serta misi pertama”

            “Tapi menurutku sih, kamu dapat melewati tahap 2 hingga 4 dengan mudah… mengingat kamu adalah seorang putri dari kerajaan [Akhsaxnia]”

            “Shh! Itu Rahasia Mbak Kun”

            Mendiamkan mbak Kun dengan meniup jari telunjuknya, Jatmiko sedikit panik.

            Apa yang Mbak Kun katakana adalah suatu kebenaran. Selain itu, 2 minggu yang lalu, Rey mendapatkan misi rahasia dari ketua [Guild] untuk melindungi Ririn atas permintaan dari ayahnya karena mereka berdua adalah sahabat dekat. Sejujurnya mendengar hal bahwa kerajaan [Akhsaxnia] akan diserang membuat sang ketua [Guild] kaget namun disatu sisi ia tidak bisa berbuat apa-apa karena lawan mereka adalah perkumpulan [Crestcent Moon] yang terkenal sebagai perkumpulan pembunuh bayaran yang berisikan orang-orang terpilih saja. Oleh karena itu, ia memberikan misi rahasia kepada Rey. Walaupun, pada awalnya Rey mengira bahwa Rio, orang yang mengalahkan anak buahnya satu persatu adalah salah satu anggota mereka membuatnya terlambat dalam menyelesaikan misi dan babak belur oleh Rio.

            <Ta-tapi, kan—?!>

            Disaat Ririn akan merespon ucapan Jatmiko dan juga Mbak Kunt, seseorang mendobrak pintu yang masuk kearah lobi registrasi dimana Jatmiko dan yang lainnya berada. Terkejut mendengar suara keras dari arah pintu masuk, seluruh mata melihat kearah suara keras itu berasal dan disana mereka mendapati seorang pemuda berdiri dengan tubuh dipenuhi keringat.

            “JAT-MI-KO! Keluar lu!”

            “Acyaaa~”

            Mendengar namanya diteriakkan, Jatmiko hanya bisa menutup mukanya dengan telapak tangan kirinya karena malu. Pasalnya pemuda dengan rambut ungu dan pakaian yang bisa terbilang asing ditempat ini baru saja mengamuk 2 minggu lalu di tengah hutan [Skyp] dan ia berhasil menghentikannya tanpa usaha yang besar.  

            <*terkejut*>

            “!”

            Disaat tatapan mata Ririn bertemu dengan tatapan pemuda tersebut, tanpa berpikir panjang pemuda itu segera datang kearahnya dengan raut wajah yang terbilang kesal.

            Seketika ia sampai tepat dihadapan Ririn, ia melihat Ririn sekilas lalu mengabaikannya dan segera bergerak kearah dimana Jatmiko berada. Digebrak permukaan meja olehnya kencang dan Jatmiko tetap menundukkan kepalanya.

            Melihat hal ini, pemuda itu mengabaikannya dan membuka mulutnya kembali.

            “Oi, Sialan! Bukannya lu yang bikin catatan pesan ditanah tempat gua pingsan yang nyuruh gua buat cari lu di depan gerbang dan kalau gua bilang kenal lu gua bisa masuk?!”

            “!”

Mendengar keluhan dari pemuda yang tampak beberapa tahun lebih muda darinya, Jatmiko hanya bisa terdiam seribu bahasa. Walaupun begitu, keringat yang membasahi tubuhnya dapat menjelaskan dengan singkat bahwa saat ini ia sedang panik. Jatmiko pada dasarnya bukanlah seseorang yang menginginkan sesuatu yang merepotkan dan cenderung untuk selalu menghindari hal-hal yang membuatnya kerepotan.

Mampus! Ane lupa!

Hanya satu kalimat inilah yang dipikirkan Jatmiko seketika melihat pemuda tersebut mendobrak pintu masuk [Guild].

“Oi!”

“Iyaaa~ Ha-halo….”

“Muka lu ‘Halo’, Hah?!”

“…”

“Jelasin atau kita mulai berantem aja disini?!”

Mendengar apa yang pemuda itu katakan, Jatmiko seketika membuka matanya lebar dan merasa jika ia tidak menjelaskan, ia harus mengganti biaya kerugian di [Guild]. Tapi disatu sisi, ia juga tidak bisa mengatakan kalau ia sebenarnya lupa.

“Se-sebenarnya—”

“Ah! Mas Jat pasti lupa ya!”

Pocong kamvret!

Layaknya menyiramkan air panas pada daerah yang luka, Pocong tersenyum melihat Jatmiko yang sedang panik.

“L-U-P-A?!”

“I-iyaaa~ jadi… gi-gimana jelasinnya ya!”

Brak… sekali lagi pemuda tersebut menggebrak meja dan akhirnya Jatmiko berhasil menemukan sebuah alasan yang menurutnya tepat disituasi saat ini.

Dengan muka datar dan senyum tipis, Jatmiko menyampaikan alasannya.

“I-ituloh, si-situasi ane sekarang bisa diumpamakan seperti orang yang sedang berada di Jamban dan lagi setor terus pas setorannya masih ngegantung tiba-tiba pergi karena ada urusan mendadak… dengan kata lain keadaan ane saat ini bisa dibilang kayak orang yang lupa cebok karena ada urusan penting!”

“…”

“…”

Seketika keadaan diseluruh ruangan menjadi hening.

Senyap.

Tidak satupun suara yang terdengar hingga,

“Gak Ada mirip-miripnya Semvak!”

Pemuda itu—Rio memecahkan keheningan.

“Maaf!”

Ucap Jatmiko dengan nada pelan selagi menundukkan kepala.


Author Note :
Sebelumnya maaf karena telat Update yang disebabkan oleh gangguan sinyal beberapa hari ini, semoga pembaca setia masih sabar untuk menunggu kelanjutan cerita Nusantara ini,

Sunday, March 12, 2017

[Nusantara] Chapter 37 - Arrival


Chapter 37 – Arrival

            [3rd Person Point of View]

            “Lagi-lagi kamu… sudah yang ke berapa kalinya di minggu ini? haaa~”

            Didepan sebuah gerbang penjagaan terlihat seorang penjaga yang sedang duduk dibelakang sebuah dimeja dengan tulisan “Pengunjung Harap Lapor dan Membayar Pajak Masuk sebesar 10000 Sentinel” selagi membuat tatapan bosan yang ditujukan kepada seorang pemuda berambut ungu dengan pakaian terbilang cukup aneh.

            Pemuda itu pertama kali muncul di depan gerbang [Kekaisaran Mangaka Sinanoide] atau [KMI] sekitar 13 hari yang lalu, dengan kata lain sudah 2 minggu pemuda itu tiba disini. Saat pertama kali ia tiba, pemuda tersebut melewati gerbang penjagaan tanpa melapor dan juga tanpa membayar pajak sehingga membuatnya dengan segera dikeluarkan kembali sebelum sempat melihat bagian dalam dari wilayah kekaisaran. Pada awalnya ia diberi teguran oleh seorang penjaga lelaki dihadapannya saat ini namun saat ia disuruh membayar pajak ia tidak mempunyai uang sedikitpun. Sebaliknya, pemuda itu mengeluarkan sebuah surat yang sepertinya berasal dari seorang petualang, Jatmiko.

            Jika mendengar kata Jatmiko, hanya muka seseorang yang muncul dibenak sang penjaga, dia adalah seorang petualang hebat yang tentu saja dengan reputasi yang terbilang “Mepet-mepet” baik. Mengapa demikian? Jawabannya mudah, itu karena biarpun ia memiliki kemampuan yang hebat tapi sifatnya yang senang berhutang membuatnya sulit untuk disukai dan juga karena sifatnya yang mudah akrab membuat ia sulit untuk dibenci disaat yang bersamaan.

            Tentu saja bukan itu alasan mereka melarang pemuda itu untuk masuk ke [KMI]. Alasan utamanya adalah karena peraturan tetap saja peraturan. Baik itu teman maupun orang tua, jika mereka belum memiliki kontribusi apapun untuk suatu wilayah tertentu mereka tidak diperbolehkan menggunakan hak yang berasal dari orang lain. Setidaknya itulah peraturan diseluruh wilayah [KMI].

            “Makanya, buat gua bisa masuk sekarang juga!”

            “Kan sudah kubilang, peraturan tetap saja peraturan. Selain itu, jika yang menyarankanmu itu adalah Jatmiko, tidak ada perasaan persuasif didalamnya”

            “Kalau begitu bagaimana cara gua bisa mendapatkan uang, Hah?!”

            Jualah sesuatu… setidaknya itulah yang sudah ia pikirkan sejak beberapa hari yang lalu tapi jangankan untuk menjual sesuatu, masuk kedesa terdekatpun ia harus membayar pajak. Hanya dengan melihat fakta ini, iapun paham jika menjual sesuatu adalah hal yang paling mustahil.

            Terlebih lagi, kenapa gua percaya begitu aja sih?! Bahkan sekarang gua udah lupa sama muka orang yang bernama Jatmiko itu… ah Sial!

            Menggerutu didalam benaknya, pemuda itu—Rio hanya bisa terdiam. Selama 2 minggu ini ia hanya memakan buah [Apegur] yang ia ambil dan bawa. Sejujurnya ia bahkan sudah mencapai tahap dimana ia harus menggunakan [Paste] untuk memperbanyak pasokan makanannya. Namun sayang, saat melewati 4 kali [Paste], rasa dari buah itu menghilang dan menjadi hambar. Singkatnya setiap kali ia menggunakan [Paste] rasa dari buah tersebut menghilang sebanyak ¼ dari rasa aslinya.

            Tidak berhenti disitu, Rio selama 14 hari ini berkemah didepan gerbang kekaisaran dengan menggunakan toilet yang terhubung dengannya dan menggunakan [Resize] sehingga ia dapat tidur diatas permukaan tutup toilet yang berubah menjadi sepanjang 2x2 meter.

            “Haaa~ malang sekali nasibmu”

            Kalo gitu bantu kenapa?!

            Setidaknya itulah yang Rio pikirkan saat mendengar gumaman penjaga dihadapannya. Penjaga yang memiliki umur tidak jauh dengannya itu bernama Axel. Dalam 14 hari ini ia selalu menemuinya 3 kali dalam sehari dan juga ia melakukannya setiap hari hingga mereka sampai pada tahap dimana mereka dapat berbicara layaknya teman akrab. Setidaknya dimata Rio, Axel bukanlah orang yang jahat. Hal ini disimpulkan Rio karena terkadang saat ia membeli roti selesai istirahat siang Axel terkadang membawakan Rio sepotong roti dan juga beberapa makanan yang memiliki rasa seperti singkong goreng. Walaupun roti tersebut sedikit lebih keras dari roti yang pernah ia makan, Rio tetap berterimakasih kepada Axel.

            Hmm? Tunggu! Kenapa gua gak kepikiran cara ini!

            Terkejut dengan Rio yang tiba-tiba saja tersenyum, Axel merasa ia akan mendapatkan sesuatu yang merepotkan.

            “Nah, Axel. Sejujurnya gua lupa tapi… bukannya gua bisa minta tolong ke lu yah?”

            “Minta tolong? Buat apa?”

            Mencari sesuatu didalam shoulder bag miliknya, Rio mengeluarkan 22 buah [Apegeur] mini yang tersisia dan kembali menggunakan [Resize] untuk mengembalikan ukurannya kembali seperti semula. Tidak hanya sampai disitu, Rio menggunakan sedikit kemampuan [Create] untuk melambatkan waktu didalam tasnya sehingga semua buah tersebut tidak membusuk.

            Melihat Rio menggunakan [Magic] membuat Axel membuka matanya lebar. Bukan berarti ia belum pernah melihat [Magic] namun ia terkejut karena Rio tidak memikirkan hal ini sejak dulu.

            “Tolong jualkan ini di jam istirahat lu, gimana?”

             Selagi melemparkan sebuah [Apegur] kepada Axel, Rio pun memberitahunya agar memberikan 1 buah [Apegur] kepada pedagang dan menjual 20 buah sisanya. Mendapatkan [Apegur] dari Rio, Axel segera mencobanya dan terkejut karena rasanya sangat manis. berbeda dengan yang berada ditoko, [Apegur] yang ia makan saat ini terasa sangat segar dan banyak memiliki sari buah.

            “Kalau begitu, nanti sore atau paling lambat besok akan aku berikan uang hasil penjualannya padamu”

            “Sip, tenang aja”

            Memberikan kata-kata seperti itu, Rio pun kembali mengobrol didaerah penjagaan dengan Axel dan beberapa penjaga lainnya yang selesai berpatroli. Seakan-akan Rio berada disitu adalah hal yang natural, mereka berbicara banyak hal. Tak lama setelah itu, jam istirahat pun tiba dan Axel segera membawa ke 21 buah tersebut untuk dijual.

            Setelah Axel pergi, Rio tetap berada di pos penjagaan dan mengobrol dengan penjaga lainnya. Tujuan utamanya adalah untuk mendapatkan minuman dengan rasa yang mirip sekali dengan kopi dan juga beberapa makanan ringan yang memiliki rasa yang sama dengan singkong goreng.

            Tanpa disadari mataharipun mulai terbenam dan disaat Rio akan kembali ke tempat biasa ia berkemah, Axelpun tiba dan memberikan uang hasil penjualan [Apegur] tersebut. total uang yang didapat dari hasil penjualan itu adalah 9500 sentinel. Terdiri dari sebuah uang kertas dengan tulisan 5000 sentinel, 2 buah uang kertas dengan tulisan 2000 sentinel, dan sebuah uang logam 500 sentinel. Menurut dugaan Rio kurs uang disini memiliki perhitungan yang sama dengan rupiah hanya saja 10000 sentinel itu setara dengan sebuah uang perunggu.

            Melihat hal ini, Rio sedikit kebingungan karena uang yang ia miliki masih kurang 500 sentinel.

            “Mulai besok kau sudah dapat masuk ke kota”

            “Eh?! Bukannya masih kurang?”

            “Hmm? Ah! Uang yang kau terima itu adalah kembaliannya”

            Sepertinya harga totalnya adalah 19500 sentinel untuk 20 buah

            Mendengar hal itu, Rio seketika menjadi lebih tenang dan lebih rileks. Akhirnya setelah 2 minggu berkemah ia bisa masuk ke [Kekaisaran Mangaka Sinanoide]—

            “—Atau mungkin lebih tepatnya [Kekaisaran Mangaka Indonesia]”

Sunday, March 5, 2017

[Nusantara] Chapter 36 - After The Crazy Battle


Chapter 36 – After The Crazy Battle

            [3rd Person Point of View]

            “Hah?! Apa kau bilang?!”

            Disebuah ruangan besar dimana arsitektur dinding yang mengitari ruangan itu terbuat dari bongkahan batu bata berwarna merah menyala dengan hiasan oranamen yang terbuat dari kain sutera dengan gambar gajah yang sedang ditunggangi oleh seorang lelaki menutupi hampir seluruh bagian tengah dinding ruangan itu, terdengar suara seorang lelaki menggema keseluruh ruangan.

            Lelaki yang mengenakan blankon berwarna keemasan dengan baju yang serba berwarna emas dan hitam itu tercengang mendengar laporan dari salah satu bawahannya. Memegang kening dengan telapak tangan kirinya, lelaki itu kembali terduduk singgasananya.

            “Apa kau yakin dengan laporanmu?”

            “Ya-yakin, Pangeran! Menurut para penjaga mereka mendengar ledakan keras dari arah perbatasan hutan [Skyp] beberapa kali, selain itu saat pasukan pertahanan menyelidiki wilayah hutan dimana suara ledakan itu berasal, yang tersisa hanya hutan yang telah rata dengan tanah, namun…”

            “Hah? Kenapa diam?! Lanjutkan laporanmu!”

            “Ba-baik! Sa-saat kami akan kembali kekerajaan, suatu cahaya putih terang membuat hampir seluruh pasukan menutup mata seketika dan saat kami membuka mata kami kembali, hutan [Skyp] yang seharusnya hancur… kembali seperti semula”

            “Oi! Tadi kau bilang “hampir” seluruh pasukan menutup mata, kan? Berarti ada yang melihat secara langsung apa yang terjadi disana, kan?”

            “Ha! Yang berhasil melihat kejadian tersebut adalah Kapten Ivan dan Wakil kapten Sevada”

            Mengalihkan pandangannya, lelaki yang memiliki penampilan layaknya anak SMA berumur 15 hingga 16 tahun itu segera memanggil nama yang disebutkan oleh sang pengantar pesan tersebut.

            Tidak lama setelah itu, seorang lelaki dengan baju zirah ringan berwarna oranye dengan garis hitam serta rambut berwarna coklat tua, Kapten Ivan masuk ke aula singgasana. Sedikit dibelakang Ivan, seorang wanita cantik dengan rambut terurai berwarna coklat muda dengan baju zirah yang sama dengan yang dikenakan oleh Ivan, Wakil Kapten Sevada. Sesampainya mereka disebelah seorang prajurit pengantar pesan yang menerima informasi melewati pesan yang dikirim oleh burung [Heyt] terlebih dahulu, mereka berdua segera menekukkan lututnya dan segera menyampaikan apa yang mereka lihat.

            Pertama, apa yang Kapten Ivan lihat beberapa detik sesaat cahaya putih menyelimuti wilayah disekeliling mereka adalah bayangan seseorang yang mengarahkan telapak tangan kanannya tinggi ke udara selagi merapalkan sebuah mantera yang terdengar seperti… “[Sia~lan, lu!]”.

            Jika benar apa yang disampaikan oleh Kapten Ivan, sebenarnya siapa sosok orang tersebut? Orang yang mampu mengembalikan keadaan hutan yang sudah rusak parah dalam sekejap? Bagaimanapun caranya kita harus bisa mengetahui informasi mengenai sosok bayangan tersebut?

            Setidaknya itulah yang dipikirkan oleh Lelaki yang saat ini sedang mengamati dan mendengarkan laporan dengan serius. Berbeda dengan sifat yang ia tujukan sebelumnya, mendengar laporan dari Kapten Ivan yang merupakan 1 dari 5 Pilar Penjaga kerajaan membuatnya yakin bahwa apa yang disampaikan kepadanya bukanlah sebuah omong kosong belaka.

            “Lalu, bagaimana denganmu, Wakil Kapten Sevada?”

            “Ha!”

            Berbeda dengan apa yang disampaikan oleh Ivan beberapa saat yang lalu, apa yang disampaikan oleh Sevada membuat seluruh orang yang berada didalam aula singgasana ternganga. Karena apa yang disampaikan oleh Sevada adalah sesuatu yang membuat mereka berpikir “Serius?! Ini bukan omong kosong, kan?!

            “Apa yang saya lihat adalah beberapa saat sebelum Kapten Ivan Menggunakan [Light - Obstruction], dengan kata lain kejadian tepat sebelum cahaya putih terang itu muncul…”

            “Sesaat sebelum cahaya itu muncul?! Dengan kata lain, kau melihat sosok bayangan itu?”

            “Ha! Saya melihat seorang [Ilk] yang sedang melepaskan seluruh pakaiannya tepat ditengah hutan, selain itu sesaat pandangan saya teralihkan oleh sesuatu yang menggantung di selangkangannya saya melihat [Ilk] itu menendang tanah beberapa kali dan mengarahkan tangan kanannya ke udara dan setelah itu seperti apa yang dikatakan oleh Kapten Ivan”

            “Hah?”

            “…”

            Mendengar laporan dari Sevada, seluruh audien yang berada di aula memikirkan suatu hal yang hampir sama… “Itu sih cuma orang mesum!”.

            Tunggu Sebentar! Teralihkan dan… oleh “Sesuatu yang menggantung”?! bagaimana bisa dengan santainya menyampaikan hal seperti itu?!

            Hanya bisa tercengang, lelaki itu tidak bisa menangkap seluruh informasi yang disampaikan oleh Sevada. Namun, satu hal yang sedikit mengganggunya adalah informasi mengenai [Ilk]. Terlebih lagi seorang [Ilk] yang bisa hidup hingga melewati umur 15 tahun.

            “Lupakan masalah “Sesuatu yang Menggantung” yang kau lihat, apa kau yakin dengan informasi mengenai [Ilk] tersebut?”

            “Ha! Saya bersumpah dengan nyawa dan kesetiaan saya!”

            Mendengar jawaban itu membuat ekspresi lelaki itu sedikit tenang.

            [Ilk] atau yang dalam bahasa [Harya] berasal dari kata [Iluna] yang berarti orang atau mereka dan [Luku] yang berarti kutukan. Dengan kata lain [Ilk] dapat diartikan sebagai orang yang dikutuk atau mereka yang terkutuk. Ciri dari [Ilk] sangat mudah dikenali yaitu rambut ungu dan juga mata ungu. Tentu saja cirri yang paling menonjol adalah rambut mereka yang biasanya berwarna ungu walaupun ada beberapa kasus yang memiliki warna selain ungu dan itu menunjukkan perbedaan kutukan yang mereka tanggung. Dalam hal ini, rambut berwarna ungu termasuk [Ilk] peringkat 2.

Namun, disisi lain, [Ilk] memiliki umur yang relatif singkat yaitu sekitar 10 hingga 15 tahun. Oleh karena itu, disaat Sevada mengatakan hal ini, lelaki itu beramsumsi bahwa [Ilk] yang dilihat olehnya berumur lebih dari 15 tahun. Itu artinya ia berhasil mematahkan ataupun memperlama umurnya dan menghentikan kutukan yang ia dapat.

            Seandainya dugaanku benar, itu berarti aku masih punya kesempatan untuk menyembuhkan Siana, adik perempuanku!

            Sekilas terlihat senyum diwajah lelaki itu, ditinggalkan singgasananya, lelaki itupun berdiri selagi tersenyum.

            “Atas nama, Amar An Lotoregna, pangeran kedua dari kerajaan [Lotoregna], kuperintahkan kalian berdua untuk menyelidiki sosok asli dari [Ilk] tersebut dan sebisa mungkin bawa dia kehadapanku!”

***

[3rd Person Point of View]

[Tuan! Bangun Tuan! Bangun!]

Hmm? Huh?! Langit?

Mendengar suara yang terus memanggilnya sejak beberapa saat yang lalu, Rio mulai membuka matanya secara perlahan-lahan. Dihadapannya, ia melihat langit biru yang sangat luas. Selain itu awan putih yang seakan-akan terhempas membuat cahaya matahari langsung terpancar kearahnya.

Secara perlahan-lahan ia berusaha untuk berada pada posisi duduk. Digaruknya belakang kepala dengan tangan kirinya, tidak mengerti apa yang sebenarnya terjadi, Rio hanya bisa terdiam dan berusaha untuk mengingat kejadian apa saja yang ia alami sebelum ia tidak sadarkan diri. Walaupun kepalanya merasa sedikit kesakitan, tidak sedikitpun luka yang tercipta disekujur tubuh Rio.

Kalau tidak salah tadi gua lagi melawan Bandit Sialan itu, terus gua pakai rencana yang disaranin sama Nusa lalu… huh? Lalu apa? Sial gua gak bisa ingat lebih dari itu…

Sesaat ia akan segera berdiri, ia melihat sebuah pesan yang ditulis dengan goresan di atas permukaan tanah disamping tempat ia berbaring beberapa saat yang lalu. Tulisan itu berisi,

Yo! Revancy!
Saat ente sudah bangun dan membaca pesan ini,
Datang aja ke [Kerajaan Mangaka Sinanoide] atau [KMI] setelah itu carilah ane, orang paling tampan disana, Jatmiko.

P.S:
Jangan lupa balikin hutan ini lagi, ye… Ane males ngelaporin ke [Guild] soalnya (lol)

Setelah membaca pesan itu, Rio segera mengumpulkan bajunya kembali dan tentu saja karena ia telah memasang [Magic Barier] pada pakaiannya, tidak satupun dari pakaiannya hangus terbakar ataupun rusak karena pertarungan sebelumnya. Tanpa pikir panjang, iapun segera membuka seluruh pakaiannya lalu menendang tanah beberapa kali karena kesal. Setelah ia sudah merasa sedikit lebih tenang, Rio mengangkat tangan kanannya tinggi kearah langit dan,

“[Create]”

Amf (Cahaya) à Natura (Alam) à Sram (Semua) à Revela (Kembali) à Drax (Sempurna) = Draxvela (Kembali Sempurna)

Setelah mengucapkan mantera tersebut (Lebih tepatnya membaca tulisan yang iapun tidak mengetahui mengapa ia mengerti dan mampu membaca tulisan tersebut) didalam pikirannya, sesaat ia akan melepaskan kemampuannya, Riopun berteriak selagi mengeluarkan seluruh kekesalannya,

“Sia~lan, lu!”


First Saga : Battle Royale,
End of Arc 1 : Damn, Book Tutorial! Arc (Complete)

***

Author's Note : 
Akhirnya selesai juga Arc 1 dari Nusantara yang diberi nama "Damn, Book Tutorial! Arc". Link memberikan Arc ini karena pada Arc ini Rio masih benar-benar dipandu oleh Nusa walaupun agak sedikit ngeyel (lol). Gak cuma itu, ini masih bagian awal dari "Battle Royale" Saga. jadi mohon dukungannya untuk Arc 2 nanti.

Salam World 2 Link,
Link


Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
 
close
   
close